Kamis, 23 Oktober 2014

Indonesia Siap Buat Pembangkit Listrik Dengan Memanfaatkan Gas Buang

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk memulai pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 30,6 MW yang memanfaatkan gas buang (waste heat recovery power generation/WHRPG) dari pabrik Tuban 1 sampai 4. Pembangkit tersebut merupakan kerja sama Semen Indonesia dengan JFE Engineering Jepang.

"Investasinya sebesar Rp 638 miliar," ujar Direktur Utama Semen Indonesia Dwi Soetjipto dalam rilis yang diterimaTempo, Rabu, 22 Oktober 2014. Proyek WHRPG dibangun di pabrik Tuban I, Tuban 2, Tuban 3, dan Tuban 4.

Dwi menyatakan ini pertama kalinya di Indonesia, seluruh panas buang dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit listrik dalam satu area. Sebelumnya, Semen Indonesia membangun pembangkit listrik berkapasitas 8,5 MW di pabrik Indarung Padang dan beroperasi pada 2011.

Pembangkit di Tuban itu akan dikerjakan selama 26 bulan. Dimulai Oktober 2014, rencananya pembangkit tersebut beroperasi pada akhir semester kedua 2016. Cara kerja pembangkit listrik WHRPG sama dengan PLTU. Bedanya, WHRPG tidak menggunakan batu bara atau BBM untuk menghasilkan tenaga panasnya, tapi menggunakan gas buang operasional pabrik.

Output yang dihasilkan WHRG sebesar 30,6 MW setara dengan sepertiga konsumsi listrik empat pabrik Tuban yang mencapai 140 MW. “Dengan selesainya pembangunan proyek ini, maka akan mengurangi penggunaan listrik PLN sebesar 152 juta kWh per tahun dengan penghematan biaya listrik sekitar Rp 120 miliar per tahun," kata Dwi. 

Selain efisiensi pada biaya listrik, Semen Indonesia membuktikan bahwa perseroan mampu mengurangi emisi gas buang pada semua operasional pabriknya. Pasalnya, industri semen termasuk bisnis yang paling terkena dampak kenaikan tarif dasar listrik (TDL) untuk kelas industri pada 2014.

Pembangkit Listrik yang menggunakan Tenaga Gas Pembuangan pabrik mungkin yang pertama di Indonesia. Gas Pembuangan pabrik tersebut di alirkan melalui Sebuah Pipa atau semacam  penghantar gas. Meskipun yang di alirkan hanyalah Gas sisa pembuangan, Pipa tersebut haruslah mempunyai ketahanan dalam mengalirkan Gas panas. Pipa ini juga harus melewati uji ketebalan pipa menggunakan alat yang bernama coating thickness gauge.


Coating thickness adalah alat untuk menguji Ketebalan pipa/produk lainnya yang dapat diketahui ketebalannya, sehingga produk yang diuji akan selalu terpelihara sesuai dengan standar yang telah ditentukan kualitasnya. Coating Thickness gauge adalah salah satu solusi dalam menjaga kualitas pipa/produk industri terkait dengan pengukuran ketebalan pipa yang akan mengalirkan Gas Buang ini untuk kemajuan Indonesia pada bidang industri maupun kelistrikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar